siapa pemilik Hi-Tech Mall surabaya


Yohanes Ruddy Sukamto di Balik Hi-Tech Mall

Surabaya punya ikon teknologi informasi (TI). Namanya Hi-Tech Mall. Padahal, sepuluh tahun lalu, pusat perbelanjaan di Jalan Kusuma Bangsa itu nyaris ditutup. Keuletan Yohanes Ruddy Sukamto tidak hanya menyelamatkannya, tapi juga mengubahnya menjadi sukses hingga sekarang.

Dari mana ide menjadikan Hi-Tech Mall sebagai pusat teknologi informasi?

Karena tinggal itu satu-satunya. Semua produk sudah dicoba, baju dan segala macam, tapi tetap ndak laku. Hahahaha. Tapi, waktu itu sekitar 1999 atau 2000 ya, saya lupa. GM Sasana Boga (pemilik dan pengelola Hi-Tech Mall) mundur. Saya asistennya. Saya dipanggil pemilik dan dibilangi, mau tutup atau terus? Saya bingung.

Kalau tutup, 600 orang akan nganggur. Kalau terus, saya harus cari konsep. Akhirnya, ada teman saya di Intel Processor yang menyarankan saya bisnis TI. Sebab, dunia ini akan terus berkembang. Apalagi, waktu itu belum banyak orang Indonesia yang memiliki komputer. Akhirnya, saya pikir kenapa tidak? Kalau gagal, ya sudah, tutup tidak apa-apa. Kita kan sudah mencoba.

Apa tantangan terberat waktu itu?

Sama pemilik, saya diketawain. Wong jualan baju ndak laku kok jualan komputer. Tapi, saya bilang, tidak ada salahnya dicoba. Akhirnya, para pemilik mau memberi saya kesempatan. Tantangan lainnya adalah meyakinkan orang agar mau berbisnis di sini. Soalnya, tidak sedikit yang enggan karena kondisi fisik gedung yang kurang menarik. Tapi, saya berusaha meyakinkan mereka. Kami menyasar buying shopper. Orang-orang yang datang karena berbelanja. Bukan window shopper yang jalan-jalan aja.

Mengapa waktu itu tidak melakukan perombakan pada fisik gedung?

Karena tidak memungkinkan. Wong itu kami sudah hendak tutup. Pemilik nyaris menyerah karena rugi, kok saya malah minta modal tambahan lagi. Nanti pikire mereka arek iki gendeng. Hahahahaha. Jadi, ya saya harus memanfaatkan apa yang ada saja.

Apa resep yang digunakan hingga Hi-Tech Mall bisa jadi seperti sekarang?

Dalam pusat perbelanjaan seperti kita, harus ada tiga pihak yang terlibat. Retailer atau pengecer kecil. Lalu, ada distributor yang menjadi agen produk. Sebab, komputer adalah produk yang rentan dengan dolar. Jadi, retailer jarang punya stok sendiri. Mereka bekerja sama dengan distributor. Lalu, ada juga yang namanya vendor alias pemilik merek. Mereka harus ada untuk showroom-nya, menyiapkan informasi produk ke masyarakat. Nah, saya berusaha menghadirkan ketiganya.

Kalau strategi pemasarannya, bagaimana?

Saya punya konsep one stop shopping. Jadi, menyediakan semuanya. Mulai hardware berupa perangkat komputer. Entah itu berupa PC (personal computer) atau notebook. Lalu, kami juga menyediakan software. Juga, ada pelatihan. Jadi, komputer adalah bisnis yang berkembang. Makanya, sekarang kami punya ruang workshop dengan 50 PC.

Ada target untuk tahun-tahun mendatang, mengingat kompetitor sekarang bermunculan?

Saya ingin melakukan pelatihan ke berbagai daerah. Sebab, saya ingin meniru Tiongkok yang punya jaringan IT di mana-mana. Jadi, mungkin ada Hi-Tech Mall di Jember, Madiun, dan sebagainya. Saya juga terus berusaha melakukan inovasi. Misalnya, mengadakan even-even seperti Surabaya Technology Fair atau mewadahi semua komunitas pengguna komputer di Surabaya. Mulai komunitas Linux, blog, bahkan gamers pun saya tampung di sini.

Saya ingin masyarakat menganggap komputer itu bukan barang mahal. Ibaratnya begini. Kalau mau menjual pulpen ke orang buta huruf, tentu sulit kan. Agar mudah, saya harus mengajari orang buta huruf itu mengenal satu per satu alfabet. Setelah itu mengajarinya membaca serta menulis dengan pulpen. Kalau sudah tahu kemampuan pulpen, orang itu akan tahu dan membeli pulpen kan? Hahaha...

Anda sukses karena gila kerja?

Tidak. Saya bukan orang gila kerja. Malahan, saya tidak mau mengurusi pekerjaan kalau sudah ada di rumah. Maksudnya, kadang otak ini tetap berpikir, tapi saya tidak mau membawa berkas-berkas pekerjaan ke rumah. Sebab, itu tidak akan maksimal.

Mungkin kuncinya adalah saya tidak suka menunda pekerjaan. Misalnya pekerjaan hari ini, ya harus diselesaikan hari ini. Apa pun risikonya. Soalnya, saya ini orangnya moody. Kalau misalnya tidak saya selesaikan hari ini, siapa tahu mood saya besok jadi jelek. Bukannya selesai, malah jadi berantakan. Iya kan? (any rufaidah/dos)

Tentang Ruddy

Nama : Yohanes Ruddy Sukamto

Tanggal lahir : 27 Oktober 1960

Istri : Bertha Kartika Dewi (43)

Anak : 1. Octavianus Richard S. (16)

2. Septianda Angelica S. (13)

Pendidikan : SDK St Aloysius Surabaya

SMPK Angelus Custos Surabaya

SMA Trimurti Surabaya

Fakultas Hukum Universitas Surabaya

Karir : - Sales Representatif PT Sasana Boga

Aktifitas lain : - Sekjen Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APBI) Jatim

- Anggota komunitas penghobi sepeda ISIS (Ingat Sehat Ingat Sepeda

0 komentar: